Tanggapi Surat Terbuka Aktor-Aktris untuk Jokowi, Pakar Pariwisata UNS Minta Pemerintah Beri Perhatian

UNS — Para aktor, aktris, dan insan perfilman tanah air pada Jumat (5/3/2021) melayangkan surat terbuka kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Surat terbuka yang diposting oleh Joe Taslim, Tara Basro, dan Clairine Christable di akun Instagram pribadinya, berisikan sejumlah permintaan dan curahan hati para insan perfilman tanah air akibat lesunya industri perfilman selama pandemi Covid-19.

Salah satu poin yang mereka sampaikan adalah meminta pemerintah memberikan bantuan kepada insan perfilman Indonesia melalui berbagai paket stimulus, subsidi, serta perlindungan hukum dan kesehatan.

Berkaitan dengan hal itu, pakar pariwisata Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dr. Deria Adi Wijaya, mengatakan, sudah selayaknya insan perfilman tanah air berteriak meminta perhatian dari pemerintah.

“Sudah selayaknya seniman, aktris, dan aktor berteriak untuk diberikan peluang juga untuk bergerak dalam ini kepada Pemerintah RI,” ujar Dr. Deria saat dihubungi uns.ac.id pada Jumat (12/3/2021).

Dr. Deria yang juga Kepala Program Studi (Kaprodi) D-3 Usaha Perjalanan Wisata (UPW) Sekolah Vokasi (SV) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini, mengatakan pemerintah harus membangkitkan gairah masyarakat untuk menikmati film, baik melalui bioskop maupun platform streaming film.

Ia menyampaikan dengan ditutupnya bioskop selama berbulan-bulan oleh pemerintah akibat kebijakan PSBB dan PPKM, mengakibatkan minat masyarakat menurun. Sehingga, kerinduan masyarakat untuk bisa menyaksikan film hanya bisa diakses melalui platform streaming film.

“Sebenarnya minat untuk menyaksikan film saya rasa masih ada dalam masyarakat karena memang untuk menghindari kejenuhan. Jadi, otomatis banyak masyarakat mengakses hiburan melalui film,” tambahnya.

Pembuatan platform streaming film

Dr. Deria juga menyampaikan permintaan agar pemerintah melalui kementerian terkait dapat menciptakan platform streaming film dalam negeri yang dapat bersaing dengan platform streaming film luar negeri.

“Salah satunya adalah dengan membuat platform-platform khusus untuk streaming film. Teman-teman Kemenparekraf bisa berkolaborasi dengan Kominfo untuk membuat platform film nasional yang bisa nanti ditopang oleh BUMN,” lanjut Dr. Deria.

Hal itu dipandang Dr. Deria sebagai sesuatu yang penting sebab hingga saat ini pembukaan bioskop di sejumlah daerah di Indonesia masih menjadi wacana semata. Padahal, salah satu pendapatan terbesar dari para aktor, aktris, dan insan perfilman Indonesia didapat dari hasil pemutaran film di bioskop.

“Tentunya dengan paket-paket yang representatif, yang harganya kompetitif, yang terjangkau oleh masyarakat. Sehingga, bisa mengakses hiburan melalui smartphone atau melalui layar kaca,” ucap Dr. Deria.

Jika pemerintah berhasil menciptakan platform streaming film dalam negeri, Dr. Deria menyebut hal itu akan menjadi keuntungan tersendiri bagi pemerintah dan para insan perfilman tanah air.

Sebab, mereka dapat menampilkan budaya-budaya lokal yang menjadi ciri khas kepribadian bangsa melalui film. Selain itu, dengan adanya platform streaming film dapat menambah pemasukan bagi para aktor, aktris, dan insan perfilman tanah air.

“Untuk saat ini, perlu adanya penguatan film-film yang mengangkat nilai-nilai kearifan lokal dalam pembuatan film Indonesia. Agar identitas film Indonesia itu kuat. Jadi, dalam hal ini mengangkat kebanggaan dari bangsa Indonesia melalui film. Supaya dengan film-film di luar negeri, kita bisa bersaing,” ujarnya.

Mengapresiasi Pemerintah yang Memblokir Situs Streaming Film Ilegal

Dalam surat terbuka yang dilayangkan para aktor, aktris, dan insan perfilman tanah air soal maraknya pembajakan film, Dr. Deria mengapresiasi pemerintah yang sudah melakukan tindakan tegas terhadap situs streaming film ilegal.

Namun, hal itu disebut Dr. Deria belum cukup. Sebab, masyarakat juga perlu diberikan edukasi agar mereka mau beralih ke situs/platform streaming online berbayar/yang legal.

“Di sini juga membantu agar platform-platform yang legal tetap eksis juga bisa mendanai yang menjadi usaha mereka dan investasi mereka. Dalam hal ini juga perlu adanya sosialisasi pendekatan kepada masyarakat agar mereka lebih paham,” ujarnya.

Dengan adanya kesadaran masyarakat untuk berpindah ke platform streaming online berbayar, Dr. Deria menyebut hal itu dapat membantu para insan perfilman tanah air untuk memproduksi film yang berkualitas.

Dalam wawancaranya bersama Dr. Deria, uns.ac.id juga menanyakan sejumlah hal soal dorongan untuk memajukan industri perfilman tanah air agar dapat meniru kesuksesan industri perfilman Korea Selatan.

Industri perfilman Korea Selatan berhasil mengejutkan dunia lewat film “Parasite” yang menjuarai Piala Oscar dan Penthouse yang saat ini serialnya sedang diminati masyarakat Indonesia.

Dr. Deria melihat kecenderungan masyarakat Indonesia terhadap drama seri masih tinggi. Sehingga, selain memproduksi film “sekali tayang”, Dr. Deria juga meminta agar pemerintah memberikan bantuan dan dorongan agar insan perfilman tanah air dapat memproduksi drama seri yang menarik.

“Dengan sekarang ada serial drama Korea, hadirkan saja drama Indonesia yang berkualitas, yang memiliki nilai kepribadian bangsa Indonesia, yang tentu perlu ditampilkan kembali bagaimana masyarakat Indonesia dalam bercengkrama,” pungkasnya. Humas UNS

Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content