Chem-E Car UNS Torehkan Prestasi di Ajang Internasional

UNS – Enam mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) berhasil mengembangkan sebuah mobil prototipe berbahan bakar racikan kimia yang hemat energi. Mobil yang dinamakan Adipatic Superior itu sukses menyabet juara kedua di kompetisi kendaraan berbahan bakar kimia tingkat internasional yaitu Indonesian Chemical Engineering Car Competition (ICECC) 2019, di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya.

“Kami sangat bersyukur Kepada Allah tuhan yang Maha Esa telah memberikan hasil ini. Akhirnya perjuangan kami bisa mendapatkan hasil yang terbaik. Semoga dengan kemenangan ini kami benar bisa mengangkat nama baik UNS di tingkat nasional dan Internasional,” kata Ketua Tim Chem-E Car UNS Kevin Ikhwan Muhammad (Teknik Kimia) saat dihubungi pada Rabu (27/03/2019).

Kevin merancangkan prototipe mobil berbahan bakar kimia ini bersama lima anggotanya yaitu Abdulloh (Teknik Kimia), Dewi Pratiwi (Teknik Kimia), Valiana Mugi Rahayu (Teknik kimia), Rilo Pambudi Aditya Wardani (Teknik Elektro) dan Rivananda Rama Satria (Teknik Mesin).

Dia menerangkan mobil buatan mereka memiliki sejumlah kelebihan. Salah satu di antaranya yaitu memiliki efisiensi bahan bakar yang tinggi. “Mobil ini sekali race dengan jarak 24 meter hanya menghabiskan biaya Rp 150 saja. Kami memakai bahan bakar dari reaksi dekomposisi hidrogen peroksida (H202) dan katalis ferri klorida (FeCI3),” kata Kevin.

Kemudian Manager Tim Abdulloh menambahkan, Adapatic Superior juga memiliki kecepatan yang halus dan konstan karena menggunakan mekanisme penggerak Scotch Yoke. Selain itu, perakitan mobil ini juga tergolong mudah.

Sementara dari segi desain, Adipatic Superior memiliki penampilan yang cukup unik. Prototipe mobil berukuran mini ini menggabungkan konsep futuristik dengan budaya Jawa yaitu wayang.

Penamaan Adipatic Superior sendiri juga tidak lepas dari unsur Jawa. Adipatic berasal dari nama Adipati Mangkunegara. Itu merupakan nama lain dari Raden Mas Said yang berasal dari Keraton Solo. Sebagai seorang penguasa, Raden Mas Said memiliki kekuatan yang superior. Sehingga mobil yang mereka buat selama 6 bulan ini diharapkan bisa menjadi raja  yang sangat tangguh dalam kompetisi.

Sesuai dengan namanya, Adipatic Superior mampu menunjukkan performa yang cukup gemilang. Dalam kompetisi ICECC, mobil peserta dinilai mulai dari ketepatannya mencapai jarak tertentu sampai kekuatannya dalam membawa beban antara 250ml hingga 750ml. Adapun aspek lain yang turut diperhitungkan yaitu Safety aspect, Economical Aspect, Environmental Aspect dan Presentasi.

Rivananda menceritakan setiap tahapan seleksi yang mesti mereka lalui. Di awal, peserta harus menunjukan kondisi mobil secara nyata dalam bentuk video singkat dengan syarat mobil mampu melaju dengan jarak 5 meter dan berhenti mandiri. Lalu mereka juga harus mengirimkan berkas Job Safety Assestment serta Perhitungan dalam segala desain mobil.

Setelah lolos menjadi finalis, peserta harus mempresentasikan mobil rancangan mereka di hadapan dewan juri dalam bentuk pameran. Ada 25 finalis yang unjuk diri dalam babak ini. Selain dari UNS, ada tim dari UI, UGM, ITS, UNSYIAH, UAD, POLBAN, UB, UNDIP, UPNVYK dan luar negeri yaitu Polandia.

Di hari terakhir kompetisi, mobil lanjut berlaga dalam sesi balapan atau Race Day. Mobil wajib melaju sesuai dengan tantangan jarak dan beban yang telah ditentukan.

“Mobil ditantang dapat melaju sejauh 16 meter dengan beban 300 gr. Hasil error mobil kami hanya meleset 0,06 meter (6 cm) dari target,” ungkap Rivananda.

Performa baik Adipatic Superior ini mengantarkan Chem-E Car UNS menempati posisi kedua terbaik di ajang bergengsi ini. Menurut Rivananda, perjuangan mereka untuk mencapai posisi itu lumayan terasa berat karena harus melawan tim-tim besar yang sudah sering menang seperti ITS, UI, dan UGM. Namun mereka tidak gentar dan tetap optimis dengan hasil mobil karya mereka.

“Pembuatan mobil ini sudah dimulai sejak bulan September tahun 2018. Kami sudah melakukan riset lab dan pencarian data di Lab Teknik Kimia UNS setiap hari, mulai dari sore hari hingga fajar. Kami selalu bekerja dibawah tekanan dan harus rela mengikhlaskan energi dan materi yang luar biasa berat. Karena kami punya visi untuk membawa nama baik UNS di tingkat International khususnya dalam perlombaan Chem E Car yang bergengsi ini,” tandas Rivananda. Humas UNS/Mia

Skip to content