Kajian Ramadan UNS: Memahami Esensi Pemberdayaan Manusia

Kajian Ramadan UNS: Memahami Esensi Pemberdayaan Manusia

UNS — Kajian Ramadan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali digelar pada Rabu (28/4/2021). Kajian tersebut merupakan kali ketiga setelah dua kegiatan sebelumnya dilaksanakan di Fakultas Keolahragaan (FKor) UNS dan Fakultas Teknik (FT) UNS. Apabila sebelumnya Kajian Ramadan UNS dilaksanakan secaras luring dan daring maka pada kesempatan kali ini, Kajian Ramadan UNS dilaksanakan secara daring.

Selain dihadiri oleh Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si. selaku Dekan FISIP UNS, Kajian Ramadan UNS juga dihadiri oleh Rektor UNS dan seluruh jajaran sivitas akademika UNS.

Prof. jamal menuturkan bahwa kegiatan Kajian Ramadan perlu dilaksanakan secara rutin untuk menyeimbangkan kebutuhan dunia dan akhirat.

“Secara keagamaan kita terus berusaha meningkatkan iman dan taqwa serta pengetahuan keagamaan sehingga kehidupan kita yang banyak diwarnai oleh kegiatan yang bersifat keilmuan duniawi akan ditambah nikmatnya karena kita juga menambah ilmu-ilmu keagamaan,” kata Prof. Jamal.

Kajian Ramadan UNS yang dilaksanakan di FISIP tersebut menghadirkan Dr. Muhammad Harisudin yang bertindak sebagai pemberi tausiah. Sementara tema yang diusung adalah mengenai ‘Pemberdayaan Manusia’.

Dalam tausiahnya, Dr. Muhammad Harisudin mengajak seluruh keluarga besar UNS untuk memberdayakan diri melalui pendekatan tauhid. Ia menyebutkan bahwa manusia yang berdaya adalah manusia yang mampu menjadi hamba-Nya Allah.

Ironisnya, kondisi politik Indonesia yang beberapa tahun belakangan membawa terminologi keagamaan cenderung menjauhkan esensi manusia berdaya itu sendiri. Persaingan politik membuat manusia merasa seolah-olah pilihan mereka adalah pilihan tunggal yang terbaik bagi semuanya. Padahal, Allah SWT telah mengatur segala urusan hamba-Nya jauh sebelum manusia diciptakan.

Manusia seharusnya memiliki kepercayaan yang mutlak kepada Allah SWT. Sebab sesuatu yang terjadi dalam hidup manusia dan alam semesta merupakan kehendak Allah SWT. Sama halnya dengan kisah Nabi Sulaiman AS ketika berhasil memindahkan istana Ratu Bilqis. Atas keberhasilannya tersebut, Nabi Sulaiman tidak congkak melainkan menyebut bahwa keberhasilannya merupakan ujian dari Allah SWT.

Teladan Nabi Sulaiman tersebut menjadi kritik bagi manusia yang congkak atas kehebatannya dan meniadakan keberadaan Allah SWT. Dr. Muhammad Harisudin mengatakan bahwa kecongkakan manusia atas dirinya sendiri dapat membuatnya terjebak dalam pemahaman yang fatal.

“Kesalahkaprahan mindset dalam konteks tauhid menjadikan manusia gagal sebagai hamba-Nya Allah yang tugasnya hanya menjalankan perintah dan larangan Allah. Padahal derajat tertinggi manusia adalah menjadi Abdullah atau hamba-Nya Allah. Inilah yang disebut manusia yang tidak berdaya. Mereka adalah manusia-manusia yang kalah oleh bujuk rayu setan dan juga nafsunya sendiri,” ujar Dr. Muhammad Harisudin.

Kajian Ramadan UNS diakhiri dengan pesan yang diberikan oleh Dr. Muhammad Harisudin. Pesan bersebut berbunyi, ‘kesungguhanmu pada apa-apa yang telah Allah jamin dan kelalaianmu dari apa yang Allah tuntut darimu untuk beribadah merupakan bukti atas gelapnya mata batinmu.’ Humas UNS

Reporter: Alinda Hardiantoro
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content