Masuki Tahun ke-15, Alcofe FEB UNS Ulas Kiat Bangkitkan Ekraf Berbasis Digital

Masuki Tahun ke-15, Alcofe FEB UNS Ulas Kiat Bangkitkan Ekraf Berbasis Digital

UNS — Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Pembangunan (EP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar Seminar Nasional Alcofe ke-15, Sabtu (16/10/2021).

Tajuk yang diangkat dalam penyelenggaraan Alcofe ke-15 tahun ini adalah “Ekonomi Kreatif Berbasis Digital, Bangkitkan Ekonomi di Era Pandemi Secara Optimal”.

Dalam Alcofe ke-15 yang digelar melalui Zoom Cloud Meeting tersebut, HMJ EP mengundang empat pembicara sekaligus.

Mereka adalah penyanyi sekaligus aktris Tasya Kamila, Guru Besar bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan FEB UNS Prof. Izza Mafruhah, Direktur Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia (BI) Bandoe Widiarto, Project Management Officer JD.ID Hadi Wijaya, dan penerima beasiswa S-2 Ekonomi dan Studi Pembangunan FEB UNS Riza Indah Pramesti.

Sebagai pembicara pertama, Bandoe Widiarto menyampaikan materinya soal “Peran Strategis UMKM dan Tantangannya”. Ia mengatakan, UMKM memiliki peran yang strategis sebagai sumber pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Namun, di era disrupsi yang terjadi seperti saat ini, ia menilai UMKM masih memiliki sejumlah tantangan. Seperti, terbatasnya akses pembiayaan, kesiapan digital, dan akses pemasaran.

“Ada 65,5 juta UMKM di Indonesia. Dan, pada tahun 2019 Kemenkop UKM mencatat kontribusi terhadap PDB mencapai 57,14% atau senilai dengan Rp7.034,14 triliun,” ujar Bandoe Widiarto.

Dalam kaitannya dengan dampak pandemi Covid-19 terhadap UMKM, ia menerangkan krisis kesehatan ini memberikan dampak yang signifikan bagi penurunan kinerja PDB dan perdagangan ritel, yang mayoritas pelakunya adalah UMKM.

Bandoe Widiarto menyampaikan, sebanyak 87,5% UMKM merasakan dampak negatif dari pandemi Covid-19. Itu artinya ada 2.600 UMKM yang harus bergulat untuk bangkit dari keterpurukan usaha.

“Namun, di sisi lain, digitalisasi membantu memperkuat resilience UMKM di tengah pandemi ini,” tambahnya.

Oleh sebab itu, agar UMKM dapat bangkit dari keterpurukan diperlukan pendampingan keterampilan agar produk yang dipasarkan mampu menembus pasar online.

Caranya adalah dengan edukasi online seperti yang sudah dilakukan BI melalui onboardingumkm.id. Di platform ini, para pelaku UMKM diberikan edukasi soal digital skill and mindset, digital presence and onboarding, digital marketing, dan digital operation.

“Materi edukasi lebih dominan pada 2 tahap awal, dengan tujuan mendorong mindset UMKM untuk go digital sebab mayoritas peserta onboarding adalah usaha mikro,” kata Bandoe Widiarto.

Masuki Tahun ke-15, Alcofe FEB UNS Ulas Kiat Bangkitkan Ekraf Berbasis Digital

Menyambung pemaparan Bandoe Widiarto, Prof. Izza Mafruhah dalam pemaparan materinya lebih banyak berfokus pada kesiapan angkatan kerja di Indonesia untuk menghadapi tren digitalisasi di sektor pekerjaan.

Ia menyebut ada dua tantangan yang dihadapi Indonesia di masa kini dan masa depan, yaitu bonus demografi dan tenaga kerja yang berkualitas dan terampil.

“Indonesia saat ini masuk sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-16 di dunia dan di 2030 mendatang diprediksi menjadi peringkat ketujuh di dunia,” ucap Prof. Izza Mafruhah.

Karena besarnya potensi perekonomian Indonesia di masa depan, ia mendorong agar pemerintah menerapkan strategis khusus sebelum Indonesia memasuki bonus demografi.

Strategi yang dimaksud adalah membangun SDM yang unggul menuju Indonesia maju untuk menciptakan SDM berdaya saing dengan memperhatikan sistem kesehatan, sistem pendidikan, riset, dan inovasi.

“Jangan sampai menjadi bencana demografi. Saat ini 203,97 juta orang merupakan penduduk usia kerja. Sedangkan, 65,75 juta orang bukan angkatan kerja. Angka tersebut terbagi atas 40,96 juta orang mengurus rumah tangga, 15,35 juta orang sedang bersekolah, dan sisanya 9,44%,” jelas Prof. Izza Mafruhah.

Hadi Wijaya sebagai pembicara ketiga kemudian menyampaikan materi soal peran e-commerce sebagai penggerak ekonomi digital di Indonesia.

PMO JD.ID tersebut menjelaskan jika di zaman yang serba modern ini, manusia sedang dituntun langkahnya oleh teknologi. Mulai dari aktivitas sehari-hari, rute berkendara, hingga bertransaksi memerlukan peran teknologi.

Mengutip buku “Homo Deus: A Brief History of Tomorow” yang ditulis Yuval Noah Harari, ia menyebut ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam menyikapi perkembangan teknologi di abad 21 ini.

Tiga hal tersebut adalah dunia akan diatur dan digerakkan algoritma komputer, adanya biotech yang merupakan perpaduan biologi dan teknologi, dan perkembangan dunia pengobatan/ vaksinasi yang ditujukan untuk memperpanjang usia hidup manusia.

“Mungkin saja dan sudah bisa diprediksi hingga saat ini jika di masa depan di 2050 misalnya, manusia sudah bisa mengganti organ tubuh layaknya mengganti spare part. Ini sudah bisa dilihat dengan produksi kaki-tangan robot untuk veteran perang yang robot ini bisa disambungkan ke jaringan otak,” katanya.

Hadi Wijaya menambahkan, tiga hal yang dituliskan Yuval Noah Harari dalam bukunya semakin mendekati kenyataan sebab pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia saat ini, telah berhasil mendorong digitalisasi di berbagai aspek.

Oleh sebab itu, Indonesia sebagai negara yang penduduknya saat ini didominasi usia produktif, didorong untuk memanfaatkan dan memaksimalkan keberadaan teknologi.

“Salah satunya melalui e-commerce. Alasannya, 125,6% jaringan mobile, 202,6 juta pengguna internet, dan 170 juta pengguna aktif media sosial,” pungkasnya.

Di akhir acara, HMJ EP menggelar talkshow bersama Tasya Kamila. Dalam kesempatan ini, penyanyi berusia 28 tahun tersebut membagikan pengalamannya seputar cara berpikir kreatif saat membangun usaha dan aktivitas menulis lagu selama pandemi Covid-19. Humas UNS

Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content