Mengajar di Thailand, Amanda: Aksen Uniknya Menantang Kreativitas

Amanda Ummu Haniah

UNS – Pendidikan merupakan salah hal penting dalam segala lini kehidupan. Unsur pendidik yang berkualitas tidak kalah pentingnya untuk dikembangkan sebagai penyalur ilmu kepada siswa yang didiknya. Untuk memenuhi tujuan peningkatan kualitas pendidikan guru, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menjalin kerjasama dengan South East Asean Ministry Of Education (SEAMEO).

Amanda Ummu Haniah
Penyambutan Mahasiswa Pertukaran PPL 8 Universitas asal Indonesia di Chiang Rai Rajabhat University.

UNS ikut serta dalam program SEA-Teacher, program pertukaran mahasiswa undergraduate antar-universitas di Asia Tenggara untuk Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Program dengan topik Pre-Service Student Teacher Exchange in Southeast Asia ini diikuti oleh 9 mahasiswa UNS. Untuk bisa mengikuti program ini tentunya diperlukan seleksi terlebih dahulu. Selain IPK harus lebih dari 3.00, mahasiswa harus melewati tahapan wawancara, seleksi prestasi, tes kemampuan bahasa Inggris, dan tes kemampuan seni.

Learn and Share

Amanda Ummu Haniah, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris UNS yang ditempatkan di Chiang Rai Rajabhat University Thailand menuturkan bahwa perlu berbagai persiapan sebelum mahasiswa diterjunkan ke lapangan, salah satunya adalah microteaching selama 1 bulan.

Sesampainya di Thailand, mereka harus melewati tahapan observasi, asistensi, baru kemudian mengajar di sekolah yang dituju. Learn and Share, begitulah Amanda menyebut prinsip yang dipegangnya. Kalimat tersebut menjadi kalimat ampuh penyemangatnya dalam menjalankan PPL di negeri gajah putih. Ia bisa berbagi dengan guru dan siswa di Thailand mengenai metode pengajaran dan sistem pendidikan di Indonesia.

Amanda Ummu Haniah
Amanda Ummu Haniah (mahasiswa UNS), mahasiswa UNY, host Chiang Rai Rajabhat University, dan guru-guru dalam program observasi sekolah Municipality School 6 Thailand.

Menantang Kreativitas

“Dari sini selain PPL, saya dan teman-teman juga menerapkan Learn and Share sistem belajar antar negara. Selain itu, saya juga belajar bagaimana mengajar bahasa Inggris agar mudah dipahami, hal tersebut menjadi tantangan bagi saya karena aksen Thailand yang sangat unik,” ujarnya.

Menurutnya, aksen unik Thailand menjadi tantangan tersendiri karena siswa lebih memahami bahasa tertulis dibandingkan dengan bahasa lisan. Namun hal ini tak menyurutkan semangat Amanda untuk terus mengembangkan metode pembelajaran agar materi lebih mudah dipahami oleh anak didiknya. Dari pengalaman tersebut, ia bisa belajar budaya, sistem pengajaran, metode pengajaran, dan karakteristik siswa. Selain itu, ia bisa berbagi pengalaman dan pikiran dengan mahasiswa-mahasiswa asal indonesia lain yang di tempatkan di sana dan bisa berbagi ke teman-teman di kampus yang tidak memiliki kesempatan sepertinya. (Isna/dty)

 

Skip to content