Peringati Hari LSD, Inilah Cerita Mahasiswa UNS ‘Masuk Desa’

Peringati Hari LSD, Inilah Cerita Mahasiswa UNS ‘Masuk Desa’

UNS — Setiap tanggal 5 Mei diperingati sebagai Hari Lembaga Sosial Desa (LSD) dan untuk tahun 2021 jatuh pada Rabu (5/5). Dilansir dari Tirto.id, peringatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan rasa peduli sosial bagi para penggerak dan pegiat kemajuan masyarakat desa di Indonesia.

Seiring bertumbuhnya kepedulian generasi muda, kemajuan desa tidak hanya diupayakan LSD setempat. Namun, juga para pemuda seperti mahasiswa yang hadir melalui berbagai program dan inovasi kemasyarakatan. Termasuk para mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang aktif dalam pembinaan dusun atau desa di Solo Raya. 

uns.ac.id pun berkesempatan untuk mendengar cerita Ririn Risqiana Rossi, mahasiswa Sastra Daerah UNS yang sejak 2019 lalu mulai menggeluti bidang kemasyarakatan saat diamanahi sebagai Menteri Sosial BEM FIB. Satu langkah anyar yang diambil kementeriannya ialah menjalin kerja sama dan turut membina Dusun Gembong, Desa Sambirejo, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar.

Bersama 10 punggawa Kementerian Sosial, Ririn pun berhasil menginisiasi Gerakan Bersama Masyarakat Desa (Gebrak) Desa yang dimulai di dusun tersebut. Sebuah gerakan untuk mewadahi mahasiswa FIB UNS yang ingin terjun langsung ke masyarakat dan turut serta dalam upaya pembangunan desa.

Uniknya, Ririn sebenarnya belum mempunyai basic sosial kemasyarakatan apa pun saat diminta membantu selaku Presiden dan Wakil Presiden BEM FIB kala itu. Ia belajar dari nol dan bertekad untuk menghadirkan wadah untuk mahasiswa FIB lebih dekat dengan masyarakat sekaligus berkontribusi bagi desa.

“Awalnya kita nyari dusun binaan aja, tapi kita lihat di lingkup FIB yang semacam Gebrak Desa ini belum ada dan masih kurang. Lalu kita berpikir bagaimana kalau bikin gerakan agar teman-teman FIB bisa ikut mengabdi langsung, bukan hanya anak BEM saja. Muncul ide itu dan akhirnya merumuskan Gebrak Desa,” ujar Ririn, Selasa (4/5/2021).

Melihat ketersediaan SDM, Ririn dan tim memutuskan untuk bergerak di Dusun Gembong terlebih dahulu, bukan di tingkat desa. Dusun ini dipilih karena memiliki beragam potensi yang dapat dikembangkan, salah satunya produk jamu.

Di sisi lain, masyarakat dusun ini aktif dan memberikan sambutan positif dengan berkenan andil dalam program yang dicanangkan. Masyarakat setempat, tutur Ririn, sangat mendukung dan merangkul para mahasiswa yang datang.

Respons positif pun diperoleh dari mahasiswa FIB. Kendati baru, jumlah pendaftar relawan melebihi ekspektasi. Antusiasme ini lah yang kemudian kian menambah semangat Ririn dan kawan-kawan.

Program yang Dijalankan

Peringati Hari LSD, Inilah Cerita Mahasiswa UNS ‘Masuk Desa’

Secara umum, ada Rencana Strategis (Renstra) yang disusun dalam upaya pengabdian ini. Bidang yang disasar meliputi pertanian, sosial budaya, dan pendidikan khususnya literasi.

Di tahun pertama yakni 2019, dilakukan pengenalan melalui berbagai kegiatan rutin dan beberapa rangkaian kegiatan besar. Hingga akhirnya, September awal Gebrak Desa dirilis dan dilakukan penandatanganan nota kesepahaman.

Kegiatan itu antara lain Semarak Kampung Ramadan yang digelar bersama SKI FIB, serta Gebrak Desa Mengajar yang menyasar siswa SD di sana dengan acara puncak bertajuk Pensil Pena yang melibatkan masyarakat, para murid, dan orang tuanya.

Peringati Hari LSD, Inilah Cerita Mahasiswa UNS ‘Masuk Desa’

Sementara di tahun 2020 saat Ririn menjabat Presiden BEM FIB, program yang dilakukan lebih ke penyuluhan kewirausahaan dan pemasaran produk. Bertepatan dengan pandemi, program tersebut baru dapat dijalankan di paruh kedua tahun 2020 dengan menerapkan protokol kesehatan.

Tantangan

Peringati Hari LSD, Inilah Cerita Mahasiswa UNS ‘Masuk Desa’

Tantangan yang dihadapi terletak pada branding Gebrak Desa yang memerlukan usaha lebih dan bagaimana menarik para mahasiswa untuk ikut, mengingat ini merupakan nama baru.

Penyusunan Renstra karena merupakan dusun binaan pertama juga menjadi tantangan tersendiri. Mereka harus sering-sering berdiskusi dan konsultasi ke desa. Dengan demikian, bolak-balik ke desa menjadi keharusan.

“Jaraknya nggak dekat ya, 30-40 menit. Kalau tekadnya nggak kuat, pasti akan berhenti di jalan. Karena mungkin merasa lelah dan jenuh. Jadi harus menguatkan tim. Dan Alhamdulillah-nya kita bisa memanajemen ekspetasi teman-teman. Karena kita yang menginisiasi, ya kelelahan itu konsekuensinya,” terang Ririn. 

Tantangan bertambah ketika pandemi melanda. Banyak rencana yang berubah drastis dan tidak sesuai ekspektasi. Apalagi, kata Ririn, bergerak di bidang sosial memang harus pintar-pintar beradaptasi dan sering dihadapkan pada keadaan tak terduga.

“Jadi bukan kita yang secara keseluruhan mengatur harus gimana, tapi juga menyesuaikan masyarakatnya,” tambah Ririn.

Proses tersebut tentu memberi pelajaran berharga bagi Ririn. Ia bahagia dan sangat mengapresiasi teman-teman yang terlibat, khususnya punggawa kementeriannya. Ia berharap, Gebrak Desa ini dapat terus bermanfaat dan menjadi salah satu motivasi untuk teman-teman lain bergerak menginisiasi gerakan sosialnya.

“Hakikat ilmu itu bukan untuk diri kita sendiri, tapi bagaimana diimplementasikan dan bermanfaat bagi orang lain juga masyarakat agar tidak berhenti di kita,” kata Ririn.

Menko Kemasyarakatan

Peringati Hari LSD, Inilah Cerita Mahasiswa UNS ‘Masuk Desa’

Setelah merampungkan tugas di FIB, saat ini Ririn diamanahi sebagai Menko Kemasyarakatan BEM UNS. Yang mana juga menahkodai Kementerian Pengembangan Desa Mitra dengan Plosorejo, Karanganyar sebagai desa binaannya.

Ririn menjelaskan, sesuai Renstra, tahun ini merupakan tahun terakhir pembinaan di Plosorejo. Program pamungkas yang ingin direalisasikan adalah pemasaran kukis bekatul yang diinisiasi sejak tahun 2019 oleh pengurus sebelumnya.

“Kami sudah menemukan resep yang pas untuk disosialisasikan. Harapannya produk ini dapat menunjang perekonomian masyarakat di sana. Ada juga potensi budidaya anggrek. Kami bantu branding. Semoga yang telah dirintis pengurus-pengurus sebelumnya dapat berjalan dan meninggalkan hal baik,” tuturnya.

Apa yang Ririn jalani bersama kawan-kawannya di Gembong maupun Plosorejo kedepannya turut dihidupi oleh motto hidupnya. Yakni Lead, Learn, Love. Sederhananya, prinsip tersebut mendorong Ririn untuk memiliki jiwa pemimpin yang bermanfaat bagi sekitar, terus menjadi pembelajar, dan melakukan pekerjaannya dengan rasa cinta. Humas UNS

Reporter: Kaffa hidayati
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content