Tiga Alasan Mengapa Harus Mencegah Timbulnya Sampah Makanan

Tiga Alasan Mengapa Harus Mencegah Timbulnya Sampah Makanan

UNS — Hampir semua orang, setidaknya saat masih kecil, pernah menyisakan makanan yang akhirnya menghasilkan food waste atau sampah makanan. Akibat tindakan tersebut, Food and Agriculture Organization (FAO) menyebut sepertiga dari makanan yang diproduksi di dunia hilang.

Melansir kontan.co.id, Indonesia dicatat oleh Economic Intelligence Unit sebagai penghasil sampah makanan terbesar kedua di dunia dengan jumlah produksi 300kg/tahun per kapita. Melihat fakta ini, pengurangan sampah makanan mejadi salah satu prioritas dalam RPJMN 2020—2024.

Dosen Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dian Rachmawati Afandi, S.TP., M.P., pun mengatakan setidaknya ada beberapa alasan mengapa kita harus mencegah timbulnya sampah makanan.

Pertama yaitu, penghematan rantai pasokan.

Alasan yang pertama adalah alasan ekonomi yakni penghematan dalam  rantai pasokan  atau supply chain. Dengan memperhatikan pola produksi, distribusi, hingga konsumsi untuk sebisa mungkin tidak menghasilkan sampah makanan, biaya yang dikeluarkan pada setiap tahapan tersebut juga akan menjadi hemat. Terutama konsumsi.

Kedua, mencegah kerusakan lingkungan. Penghematan dalam rantai pasokan pun berdampak pada penghematan energi dan sumber daya alam lainnya yang digunakan, sehingga kerusakan lingkungan dapat turut dicegah. Misalkan menghemat air untuk memasak makanan. 

Selain itu, kita juga dapat mencegah adanya efek rumah kaca. Dian menjelaskan, sampah makanan yang termasuk sampah organik dapat membentuk emisi gas rumah kaca. Sebab, bahan organik mampu menghasilkan gas metan yang 21x lebih merusak dan merangkap panas lebih banyak dibadingkan karbondioksida.

“Kalau diperumpakan sampah itu negara, negara yang berkontribusi pada efek rumah kaca itu pertama Cina, kedua Amerika Serikat, ketiga food and loss waste (metana). Sampah di dunia dikumpulin, bisa menjadi negara ketiga penyumbang efek rumah kaca,” jelas Dian, Sabtu (1/5/2021).

Ketiga, masih banyak orang kelaparan di dunia.

Alasan berikutnya adalah jumlah sampah makanan yang dihasilkan sebenarnya bisa mencukupi kebutuhan makan bagi banyak orang kelaparan di dunia, termasuk di Indonesia. Tentu, menyisakan dan membuang makanan begitu saja karena tidak menerapkan pola yang tepat sangat disayangkan.

Dian menuturkan, 25% sisa makanan di dunia dapat menghidupi 870 juta orang di dunia. Lebih lanjut, andai satu orang Indonesia menyisakan satu butir nasi, maka akan ada 4.980 kg nasi terbuang dalam sehari.

“Belum kalau air, satu gelas penuh tapi begitu minum tidak sampai habis. Kalau dikumpulin sehari bisa 1,5 liter. Itu kita buang sia-sia. Padahal ada yang tidak bisa mendapat air bersih,” ungkap Dian. Humas UNS

Reporter: Kaffa hidayati
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content