Perjalanan Meniti Karier A la Irwan Setyawan

Alumni UNS, Irwan Setyawan, S.Sos., M.I.Kom.,

Irwan Setyawan, S.Sos., M.I.Kom., telah lama berkiprah dalam dunia jurnalistik. Pada tahun 1988, Irwan mendaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS. Pria yang mengawali karier jurnalistiknya sebagai wartawan Jawa Pos ini mengaku, bahwa berkuliah di FISIP UNS mulanya hanya sebuah pilihan yang ia jatuhkan secara acak saja. Menjadi mahasiswa UNS melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Irwan sengaja memilih lokasi kampus yang memang jauh dari kota tempat lahir dan tempat tinggalnya, Jakarta. “Saat itu, saya juga tidak membayangkan kalau bisa diterima melalui jalur khusus tersebut,“ begitu tuturnya.

Alumni UNS, Irwan Setyawan, S.Sos., M.I.Kom.,
Alumni UNS, Irwan Setyawan, S.Sos., M.I.Kom.,

Pria kelahiran Jakarta 46 tahun silam ini merasa bahwa ilmu komunikasi adalah bidang yang teramat baru baginya, kala itu. Maka, ia mengikuti perkuliahan dengan antusias penuh. Semasa kuliah, pria yang semasa SMP dan SMA aktif dalam OSIS ini juga melakoni berbagai kegiatan selain belajar di kelas. Irwan aktif di salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) fakultas, FISIP Fotografi Club (FFC), dan sempat menjabat sebagai ketua pada tahun 1989 – 1991. Irwan juga pernah menjadi pemimpin perusahaan di Majalah Setala, sebuah majalah komunitas di kampus FISIP. Bersama teman-temannya, Irwan menjadikan Setala sebagai sarana komunikasi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS 88. “Majalahnya sangat sederhana dalam bentuk foto kopian dan sampul sederhana, lebih tepat disebut buletin,” jelasnya.
Pada semester dua, Irwan membuka usaha berjualan perangko bekas. Kegiatan ini melatihnya bekerja sama dengan pihak luar, yakni Kantor Pos Besar Surakarta. Usaha ini, selain menampung kegemarannya, juga mewadahi para filatelis di daerah Surakarta. Sifat Irwan yang pekerja keras dan senang mencoba hal-hal baru, tak berhenti pada usahanya berjualan perangko bekas. Setahun kemudian, ia juga membuka usaha sablon dan percetakan bersama kawan-kawannya dari FISIP dan Seni Rupa UNS. Usaha kecil-kecilan itu ia jalani hingga menjadi mahasiswa semester enam. Irwan juga pernah mengisi salah satu acara dialog anak muda di Radio PTPN Solo bersama teman-teman Ilmu Komunikasi UNS. Keterlibatannya dalam dunia penyiaran itu ia jalani sejak semester tiga.
Pria yang juga gemar bermain basket ini mengawali kariernya bersama Jawa Pos sejak masih menjadi mahasiswa semester enam. Ia menceritakan, di semester enam, ia mengikuti Kuliah Kerja Media Massa (KKMM) dan mendapatkan tempat di Harian Jawa Pos Biro Solo. KKMM yang ia ikuti selama tiga minggu, ternyata berujung pada penawaran untuk menjadi wartawan Jawa Pos.
Menjadi wartawan Jawa Pos di sela-sela kuliahnya, tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Irwan. Kendati demikian, Irwan mengiyakan bahwa studinya nyaris berantakan sejak bergabung dengan Harian Jawa Pos. Seperti wartawan pada umumnya, Irwan mengerjakan tugas liputan di berbagai kota. Ia memulai tugasnya dari kota Solo, lalu berpindah ke Jogja, Semarang, dan sempat dipindahkan ke Surabaya, hingga kembali lagi ke Semarang. Di saat-saat yang menyibukkan dirinya itulah ia mendapat telepon dari ketua jurusan Ilmu Komunikasi karena masa studinya sudah lebih dari tujuh tahun. Saat itu, Irwan terancam di-drop out (DO) bila tidak segera menyelesaikan skripsinya. “Saya ngebut mengerjakan skripsi. Akhirnya saya lulus ujian skripsi tepat 7,5 tahun lebih sehari,” kenangnya.
Namun, perjuangan Irwan pada masa-masa awal menjadi wartawan telah menempanya hingga saat ini. Kini, pria yang pernah menjadi pengurus Persatuan Filateli Indonesia cabang Solo ini telah menjadi pemimpin redaksi di Jawa Pos TV. Pencapaian ini, tentu saja tak bisa ia dapatkan dengan mudah. Selama perjalanan kariernya di bidang jurnalistik, pria yang sekarang menjadi Ketua Bidang Media Cetak Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Pusat ini pernah menjadi perintis berdirinya Harian Indopos, Radar Kudus, dan Satria Pos atau yang juga dikenal sebagai Radar Banyumas.
Berkaitan dengan kariernya yang terbangun sejak mahasiswa ini, Irwan mengaku bahwa keluarganya memiliki peran yang sangat besar. Menurutnya, ketika seseorang meniti karier yang lebih tinggi, ada beberapa hal yang harus rela dikorbankan, termasuk waktu untuk keluarganya. Di sinilah, baginya, rasa saling pengertian dan dukungan penuh dari seluruh anggota keluarga sangat dibutuhkan.
Ditanya mengenai harapannya untuk UNS, Irwan menitipkan pesan untuk para mahasiswa di UNS agar memanfaatkan segala potensi selama kuliah. Menurutnya, pengembangan potensi ini penting untuk mengembangkan kemampuan individu. Berdasarkan pengalamannya semasa menempuh studi di UNS, Irwan menuturkan bahwa bila waktu mahasiswa hanya diisi dengan kuliah saja, kitalah yang akan rugi sendiri.Pria yang sesekali menyelipkan tawa kecilnya ketika dihubungi melalui telepon ini mengaku bangga terhadap nama almamaternya tercinta. Irwan juga mengatakan bahwa seluruh mahasiswa UNS bertanggung jawab untuk mengenalkan nama UNS kepada masyarakat. “Di kalangan praktisi media, saya kira mengenal UNS karena alumninya berkualitas dan mampu menunjukkan keunggulannya. Jadi, jangan merasa minder,” pungkasnya. [*]

Skip to content