Search
Close this search box.

Bikin Aplikasi HalalMinds, Dosen UNS dapat Penghargaan dari Kemenhukam

Nugroho yang memperoleh penghargaan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhukam) dalam Penghargaan Anugerah Nasional Kekayaan Tahun 2015 dalam kategori software, Jumat (30/10/2015).
Nugroho memperoleh penghargaan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhukam) dalam Penghargaan Anugerah Nasional Kekayaan Tahun 2015 dalam kategori software, Jumat (30/10/2015).

Adalah Nugroho Agung Pambudi, pengajar dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) yang mendapatkan penghargaan Kekayaan Intelektual Award (KI Award) pada Jumat (30/10/2015). Berkat aplikasi untuk telepon cerdas buatannya, HalalMinds, Nugroho yang memperoleh penghargaan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhukam) dalam Penghargaan Anugerah Nasional Kekayaan Tahun 2015 dalam kategori software. Acara tersebut digelar di Kantor Kemenkuham, Jakarta.

Ajang tersebut merupakan pemberian penghargaan dari Kemenhukam untuk organisasi, perusahaan, maupun perorangan yang dinilai memberikan kontribusi pada perkembangan karya-karya intelektual di dalam negeri. Dengan mengusung tema “Saatnya Tidak Membeli Barang Palsu dan Bajakan”, Yasona Laoly selaku Menteri Kemenhukam menyuarakan perlindungan hukum kepada produk supaya dapat meningkatkan performa dan melindungi produk dari praktik persaingan curang dalam perdagangan. Menurut Yasona, seiring dengan perkembangan kekayaan intelektual, baik secara nasional maupun internasional, kekayaan intelektual merupakan sebuah kekuatan yang dapat digunakan untuk mensejahterakan masyarakat.

Dua tipe penghargaan dengan beberapa kategori, sederet nama juga mendapatkan penghargaan dari Kemenhukam. Sebanyak 14 nama perorangan, korporasi, maupun organisasi. Korporasi yang mendapat penghargaan adalah Sri Rejeki Isman, Kuassa Teknika, Brownies Amanda, The Executive, dan Indomarco Rismatama. Perorangan yang mendapat peghargaan adalah Yusuf Misbach, Afgansyah Reza, Benny Pandjaitan, Viky Sianipar, Vina Panduwinata, Suyanto, Mila Rosinta Totoatmodjo, dan HalalMinds. Sedangkan Organisasi yang mendapat penghrgaan adalah SD Muhammadiyah 04, Pucang, Surabaya.

Berawal dari Kesulitan

Saat menempuh studi strata 3 di Jepang, Nugroho merasa kesulitan untuk mencari makanan halal di sana. “Pertama gak ada kontennya, kemudian bahasanya kanji. Adapun itu bahasa Inggris, belum tentu kita bisa mengkonversi konten substansinya ini boleh apa enggak gitu,” ujarnya. Dari titik tersebut, ia mencoba membuat sebuah aplikasi berbasis pemindai kode bar yang ada di sebuah produk makanan agar dapat diketahui halal tidaknya. Dengan menggunakan sistem database dan berbekal kerja keras, sudah ada sekitar 50 ribu produk yang ada di Jepang yang sudah diketahui bahan bakunya. “Ke depannya akan jadi machine learning tapi nanti dia cari sendiri kayak google boot gitu, nyari sendiri, meng-crowl informasi2 tentang produk itu,” paparnya tentang rencana mengembangkan HalalMinds.

Berawal dari kesulitan mencari produk halal di Jepang, Nugroho mencoba membuat sebuah aplikasi berbasis pemindai kode bar yang ada di sebuah produk makanan agar dapat diketahui halal tidaknya.
Berawal dari kesulitan mencari produk halal di Jepang, Nugroho mencoba membuat sebuah aplikasi berbasis pemindai kode bar yang ada di sebuah produk makanan agar dapat diketahui halal tidaknya.

Di sela-sela kesibukannya sebagai mahasiswa, pada tahun 2013 mulai mengembangkan HalalMinds. “Untuk membantu saya di poin-poin tertentu, karena HalalMinds itu kan banyak bahasa pemrograman yang harus dipakai, saya mengambil developer freetime dari India, Bangladesh, Vietnam, dan China,” ungkapnya. Konten yang ada di dalam HalalMinds meliputi pindai produk makanan halal di Jepang, referensi restoran halal Jepang, travel halal, al-Qur’an, dan arah kiblat. Nugroho mengakui, biaya untuk mengembangkan aplikasinya ini bersumber dari memenangkan kompetisi-kompetisi yang diikutinya selama masih berada di Jepang.

Selaras Program Ekonomi Kreatif

Setelah di Indonesia, Nugroho mengakui bahwa HalalMinds sedikit terbengkalai meskipun sudah menjalin kerja sama dengan salah satu perusahaan Jepang. Dosen dengan konsentrasi energi panas tersebut jarang meng-upgrade versi dan memperbaiki bug dan error-nya karena kesibukanya sebagai pengajar. “Nah tiba2 saya dihubungi Kemenkumham bahwa saya mendapatkan KI Award, akhirnya saya semangat lagi dalam mengembangkan HalalMinds,” ungkapnya. Tercatat lebih dari 10 ribu orang telah mengunduhnya dan memiliki reputasi 4,1 bintang dari 5 bintang.

Untuk ke depannya, Nugroho berencana mengambangkan HalalMinds ke negara-negara di Asia seperti China, Korea, dan Taiwan. Makanan-makanan di negara tersebut susah untuk dikenal halal tidaknya. Padahal, menurut Nugroho, sekitar 400-800 juta muslim yang sering berpergian ke luar negeri. “Saya ingin memberikan informasi kepada para traveller. Terus di Jepang, ada sekitar 1 juta traveller muslim yang berkunjung setiap tahun ke Jepang,” Jelasnya.

Pangsa pasar produk halal seperti travel halal, hotel halal, dan makanan halal memiliki nilai yang besar sekitar 30% atau senilai 3 Trilyun dollar dari total produk yang ada di dunia. “Malaysia mengasai produk halal sebesar 30%, sedangkan Indonesia dengan populasi muslim terbesar di dunia tidak mendapat apa-apa dari market share itu,” paparnya. “Oleh karena itu saya ingin bekerja sama dengan beberapa penentu kebijakan untuk mengembangkan sektor halal produk itu sebagai basis dari ekonomi kreatif yang sedang dikembangkan oleh pemerintah,” tutupnya.[](danur.red.uns.ac.id)

Scroll to Top
Skip to content