Goenawan Mohamad: Universitas dan Pasca Kebenaran

Dunia pendidikan merupakan jembatan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Namun dalam prakteknya banyak siswa yang hanya fokus pada hasil, tidak pada proses belajar. Hal tersebut sangatlah disayangkan oleh Goenawan Mohammad dalam pidato orasi ilmiahnya yang bertepatan dengan Dies Natalis ke-41 Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Orasi ilmiah yang berjudul “Universitas dan Pasca Kebenaran”. Dalam pidato orasi ilmiahnya, sastrawan ini menyoroti banyaknya berita hoax di era digital seperti sekarang serta peran Universitas.
Bertempat di Auditorium UNS, Goenawan menyatakan bahwa di era digital sekarang ini banyak sekali informasi yang bersifat hoax masuk hampir ke semua bidang di Indonesia. Maka dari itu masyarakat haruslah menjadi masyarakat yang cerdas dalam memilah dan memilih informasi.

Goenawan Mohamad ketika menyampaikan orasi ilmiah bertajuk Universitas dan Pasca Kebenaran

“Kini sembarang orang bisa menyebarkan informasi, tanpa berada di satu lembaga yang bertanggung jawab. Dalam kebingungan, dalam banjir berita, orang akhirnya mempercayai apa yang ingin dipercayai. Bahkan kebenaran yang dikemukakan oleh pakar yang punya otoritas tetap tak diterima, selama itu tak cocok dengan keyakinan yang sudah dipilihnya,” papar sastrawan yang menerima penghargaan Parasamya Anugraha Dharma Krida Budhaya dari UNS tersebut
Dalam era pasca kebenaran dimana batas antara yang benar dan dusta menjadi kabur, maka peran universitas sangat dibutuhkan. Universitas merupakan suatu clearing house, dimana seharusnya kondisi pasca kebenaran tidak berlaku namun dengan syarat adanya ethika kedhaifan.
“Dalam ethika kedhaifan, manusia dan intellectus-nya tidak menempatkan diri di pusat. Ada pengakuan bahwa manusia bukan wujud rasionalitas penuh dengan nalar yang transparan dan perkasa, yang menghasilkan buah pikiran objektif dan berlaku kapan saja dan dimana saja,” jelas tokoh penggagas majalah Tempo ini.
Diakhir pidato orasi ilmiahnya, lulusan Harvard University ini berpesan agar para civitas akademika dapat memanfaatkan ilmu agar bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
“Usaha memanfaatkan ilmu pengetahuan agar berguna bagi orang sekitar merupakan contoh bagaimana pengetahuan tak mendahului dan mewujudkan pengalaman, ilmu tak mengarahkan dan memproduksi aksi, teori tak membentuk praxis. Dengan laku dan praxis yang bersungguh-sungguh, ilmu mendapatkan kebenaranya, serta pengalaman mendapatkan kearifannya,” tutupnya. humas-red.uns/Fia/Dty.

Skip to content