Search
Close this search box.

Kepala URDC Labo UNS Bagikan Tips Agar Surakarta Menjadi Kota Kreatif Seni Pertunjukkan

Kepala URDC Labo UNS Bagikan Tips Agar Surakarta Menjadi Kota Kreatif Seni Pertunjukkan

UNS — Kepala Laboratorium Urban Rural Design Conservation (URDC Labo) Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dr. Eng. Kusumaningdyah, membagikan sejumlah tips agar Kota Surakarta bisa meningkatkan branding-nya sebagai kota kreatif seni pertunjukkan.

Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam Obrolan Heritage #51 bertajuk “Surakarta sebagai Kota Kreatif Seni Pertunjukkan”, Sabtu (10/4/2021), yang digelar oleh Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti.

Di hadapan peserta yang mengikuti jalannya acara melalui  Zoom Cloud Meeting dan kanal Youtube resmi Dokumentasi Arsitektur, Dr. Eng. Kusumaningdyah mengatakan Kota Surakarta belum dapat menembus tiga besar kota kreatif di Indonesia.

“Bekraf sebagai motor memiliki banyak program terkait kota kreatif yang dimulai dari 2016 sampai 2020. Ada 56 kota yang sudah masuk penilaian mandiri kabupaten/ kota kreatif Indonesia,” ujar Dr. Eng. Kusumaningdyah.

Ia menerangkan dalam usaha mewujudkan kota kreatif, Kota Surakarta harus menyinergikan berbagai pemangku kepentingan dan dinas/ instansi terkait agar saling bahu membahu.

Hal tersebut diungkapkan Dr. Eng. Kusumaningdyah sebab selama bergabung dalam tim penilaian Kota Kreatif Bekraf, ia melihat pengelolaan kota kreatif masih dikelola oleh dinas/ institusi yang berbeda di masing-masing daerah.

“Dalam lima tahun ini sama dengan pengelolaan manajemen heritage kota kreatif, masih belum banyak paham di daerah. Masih ada yang di dispora bappeda, dan lain-lain,” ucapnya.

Berkaitan dengan potensi yang dimiliki Kota Surakarta untuk menjadi kota kreatif seni pertunjukkan, Dr. Eng. Kusumaningdyah, menyampaikan ada banyak potensi yang bisa digali.

Hal tersebut dikarenakan Kota Surakarta sebagai kota kebudayaan Jawa di Indonesia memiliki ritual dan tradisi masyarakat yang masih mengakar kuat dan terjaga hingga hari ini.

“Kehidupan nadi daur kehidupan dimulai masyarakat etnis Jawa dari lahir sampai meninggal akan selalu ada produk budaya dan performing art jadi selebrasinya,” jelas Dr. Eng. Kusumaningdyah.

Performing art yang dimaksud Dr. Eng. Kusumaningdyah dapat dijumpai dalam acara sunatan, kelahiran, pernikahan, syukuran, hingga kematian yang diwujudkan dalam pertunjukkan tari, karawitan, musik, dan teater.

Dr. Eng. Kusumaningdyah dalam kesempatan tersebut juga membeberkan beberapa dampak ekonomi dan budaya dari subsektor seni pertunjukkan Kota Surakarta.

Jika dihitung per tahun, pertunjukkan tari di Kota Surakarta dapat menghasilkan pemasukan kurang lebih Rp. 9 miliar. Sedangkan, untuk pementasan wayang kulit diperkirakan menghasilkan pemasukan Rp. 1 miliar.

“Seni pertunjukkan bisa membawa tautan pada subsektor Bekraf lainnya. Diantaranya, pakaian pentas yang berasal dari industri batik dan batik ini menyumbangkan pemasukan daerah sebesar Rp. 221 miliar per tahun,” paparnya.

Potensi dan pemasukan daerah yang dimiliki Kota Surakarta disebut Dr. Eng. Kusumaningdyah dapat ditingkatkan dengan keberadaan akademisi, sekolah seni, dan sanggar.

Walau demikian, ia menyoroti agar Pemerintah Kota Surakarta di bawah kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka yang sudah hampir 1,5 bulan menjabat agar memiliki government will yang baik.

Good governemt will adalah fokus dari leadership terhadap isu seni pertunjukkan. Saya tidak melihat seni pertunjukkan di kepemimpinan sebelumnya menjdi prioritas pembangunan Kota Solo,” ujarnya.

Dr. Eng. Kusumaningdyah juga mengingatkan agar setiap komunitas yang bergerak di bidang seni pertunjukkan yang memiliki kiprah aktif agar didorong dan diwadahi.

Dan, Pemerintah Kota Surakarta diminta oleh Dr. Eng. Kusumaningdyah agar menjadi “dirijen” yang mampu memimpin dan menyinergikan setiap komunitas yang bergerak di bidang seni pertunjukkan. Humas UNS

Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti

Scroll to Top
Skip to content