Search
Close this search box.

SLI Bisa Dukung Program Pemerintah Wujudkan Swasembada Pangan

Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan panen raya dengan komoditas jagung dalam kegiatan bertajuk “Panen Raya Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tahap 3 KKN Tematik Integratif UNS” di Desa Wonosari, Gondangrejo, Karanganyar, Jumat (14/10/2016). SLI sendiri merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat ,khususnya petani, mengenai iklim agar petani bisa memaksimal produktifitas hasil tani mereka.

Suasana panen raya komoditas jagung yang dilakukan peserta SLI (petani Wonosari), petugas BMKG, serta civitas akademika UNS.
Suasana panen raya komoditas jagung yang dilakukan peserta SLI (petani Wonosari), petugas BMKG, serta civitas akademika UNS.

Kepala BMKG Pusat, Andy Eka Satya dalam sambutannya mengungkapkan bahwa pemahaman iklim sangat penting karena adanya anomali iklim. “Kita bisa merasakan bahwa walau ada pranata mangsa, lahan sudah ada, bibit ada, waduk dan irigasi berjalan, tapi kalau musim tidak bisa bersahabat, tidak bisa diperkirakan, ya nanti tidak maksimal,” terangnya. Dengan adanya SLI tersebut, para petani diharapkan bisa lebih memahami iklim akhir-akhir ini.

Di desa tersebut, SLI dilaksanakan hampir selama 4 bulan dan diikuti oleh 30 orang, yakni 20 petani, 5 mahasiswa KKN, dan 5 pihak lainnya. Para petani diberikan materi mengenai pengenalan iklim cuaca dan aplikasinya khususnya untuk tanaman jagung, proses pembentukan awan dan hujan, neraca air lahan, pengenalan peralatan iklim cuaca, cara mengenali iklim dan cuaca ekstrim, cara mendapatkan informasi prakiraan cuaca dari BMKG, kalender tanam, hama penyakin tanaman, agroekosistem, dan lain sebagainya. Materi-materi tersebut diberikan dalam 10 kali pertemuan yang tiap satu pertemuan diadakan 10 hari sekali.

Dilaporkan oleh ketua penyelenggara, Komariah, kegiatan SLI di desa tersebut terlaksana dengan baik dan memberikan manfaat yang besar. “Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyelenggaraan SLI, tetapi kami berharap agar ke depan SLI tetap dilanjutkan karena manfaatnya jauh lebih banyak daripada kekurangannya,” ucapnya. Pihaknya juga melakukan penelitian mengenai konsep SLI terhadap lahan di daerah Wonosari tersebut. Dari dua lahan yang berbeda, antara lahan yang diberikan perlakuan konsep SLI dan tidak, ternyata hasilnya dapat meningkat 10 persen daripada yang tidak menerapkan konsep SLI. Pada panen raya jagung tanpa pestisida ini, didapatkan hasil 10,7 ton tongkol basah per hektar atau sekitar 7,6 ton per hektar pipilan kering.

img_4867
Dekan FP, Bambang Pujiasmanto saat berikan tanggapan mengenai program hasil kerja sama UNS dan BMKG mewakili Rektor UNS yang berhalangan hadir.

Menanggapi program SLI, Bambang Pujiasmanto, Dekan Fakultas Pertanian UNS mengungkapkan bahwa selama ini UNS dipercaya sebagai salah satu penyusun road map Kementerian Pertanian. “Sehingga, ini sangat penting untuk menunjang program pemerintah kaitannya dengan swasembada pangan dan lumbung beras pada tahun 2045,” jelasnya. Selain itu, hal ini juga penting untuk mendeteksi bulan-bulan apa yang harus dihindari dan bulan apa yang wajib untuk para petani menanam suatu komoditas. Ia juga berharap, untuk ke depan, produk komoditas yang diproduksi diharapkan tidak hanya berhenti di jagung akan tetapi juga untuk beras dan kedelai.

Kesadaran akan iklim dan cuaca

Berkaitan dengan anomali iklim dan cuaca, Andy Eka  menyebut ada 5 pilar yang mampu memberikan pemahaman tentang iklim. “Saya kira ada 5 pilar yang bisa kita ajak untuk meningkatkan kemelekhurufan berkaitan dengan iklim,” usul Andy. Lima pilar tersebut adalah pemerintah, perusahaan swasta, masyarakat, perguruan tinggi, dan media, baik surat kabar maupun media sosial.

 Kepala BMKG Pusat, Andy Eka Satya sampaikan bahwa pemahaman iklim sangat penting mengingat anomali iklim yang terjadi saat ini.
Kepala BMKG Pusat, Andy Eka Satya sampaikan bahwa pemahaman iklim sangat penting mengingat anomali iklim yang terjadi saat ini.

Andy Eka menambahkan, biasanya ada sekitar 5 persen dari laba perusahaan swasta yang digunakan untuk program corporate social responsibility (CSR). “Tapi laba yang dialokasikan untuk pemahaman iklim barangkali belum ada,” tandasnya.[](dodo.red.uns.ac.id)

Scroll to Top
Skip to content