Mahfud MD Berikan Khotbah Salat Jumat di UNS

Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar Rapat Dewan Penyantun di Ruang Sidang 2 Kantor Pusat Gedung dr. Prakosa, Jumat (2/9/2016). Beberapa anggota Dewan Penyantun UNS yang hadir adalah Menteri Pendidikan Nasional Indonesia 2009-2014, Mohammad Nuh dan Ketua Mahkamah Konstitusi 2008-2011, Mohammad Mahfud M.D.

Mohammad Mahfud M.D. saat berikan khotbah Jumat di Masjid Nurul Huda UNS, Jumat (2/9/2016).
Mohammad Mahfud M.D. saat berikan khotbah Jumat di Masjid Nurul Huda UNS, Jumat (2/9/2016).

Pada hari tersebut, salah satu dewan penyantun yakni Mahfud M.D. didapuk untuk menjadi khatib salat Jumat di Masjid Nurul Huda UNS. Dalam khotbah Jumat, ia menyampaikan kepada jamaah untuk menjadi pribadi yang selalu bertakwa. Menurutnya, takwa berguna untuk menjadi solusi dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan. “Orang bertakwa itu akan selalu diberi jalan keluar atas problem-problem yang dihadapi,” tuturnya. Ia juga menyampaikan beberapa dalil dari alquran untuk menguatkan pernyataanya.

Orang bertakwa itu, lanjutnya, hidupnya akan selalu tenang dan tidak akan merasa takut dan cemas dalam menghadapi apapun. Allah akan mengirimkan malaikat-malaikat pengawal untuk menjaga manusia yang bertakwa kepada-Nya agar selalu merasa tenteram. “Berbeda dengan yang tidak bertakwa, hidupnya tidak akan tenang,” terangnya.

Ia juga menceritakan kisah mengenai diskusi antara Umar ibn Khattab dan Ubay ibn Ka’ab tentang definisi takwa. Awalnya Umar bertanya kepada Ubay karena Nabi tidak pernah memberikan penjelasan detail mengenai takwa dan hanya mengatakan bahwa takwa letaknya ada di dalam dada. Ubay merespon Umar dengan memberikan pentanyaan apakah ia pernah berjalan di jalan yang terjal dan berbahaya, yang segera dijawab oleh Umar dengan jawaban pernah.

Ubay bertanya lagi tentang apa yang dilakukan Umar ketika berjalan di jalan tersebut. Umar menjawab bahwa ia akan berjalan dengan penuh hati-hati. Dengan sigap Ubay menjawab bahwa itulah definisi takwa—hati-hati. “Okey lah kalau bertakwa itu mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, tapi dalam praktiknya, takwa itu ya hati-hati,” ucap Mahfud usai menceritakan kisah dialog dua sahabat Nabi tersebut. Mahfud menambahkan bahwa dalam setiap perbuatan harus disertai dengan sikap hati-hati. Baik ketika menghadapi apapun, memutuskan sesuatu, bahkan saat mengatakan sesuatu harus dicek dulu apakah benar atau salah.

Lebih lanjut, ia membacakan firman Allah dalam Surat Ar-Ra’du ayat 17 yang berisi perumpamaan air dan buih. Selanjutnya ia menyatakan bahwa orang bertakwa pasti akan selalu memilih untuk menjadi air karena air mengalir menurut jati dirinya, sedangkan buih hanya terombang-ambing dan mengalir dengan percuma. “Saudara, kalau mau berkualitas di dalam hidup jadilah air, artinya Saudara harus hidup terencana,” ucapnya. Jika tidak ingin menjadi buih, maka harus mulai membangun kualitas diri karena orang besar dulunya tidak dimanjakan dengan keadaan. [](dodo.red.uns.ac.id)

Skip to content