Prodi S2 Pendidikan Sains UNS Adakan Webinar Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Sains

Prodi S2 Pendidikan Sains UNS Adakan Webinar Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Sains

UNS — Program Studi (Prodi) S2 Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyelenggarakan acara Webinar Series #4 pada Senin (1/8/2022) dengan mengangkat tema “Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Sains”. Webinar kali ini menghadirkan Wakil Rektor Bidang Kerjasama, Magang, Publikasi, Penjaminan Mutu dan Alumni Universitas PGRI Madiun sekaligus Dosen Prodi S1 Pendidikan Fisika FKIP Universitas PGRI Madiun, Dr. Jeffry Handhika, S.Si, M.Pd, M.Si. sebagai narasumber.

Kegiatan webinar ini dilatarbelakangi karena masih adanya miskonsepsi yang dimiliki peserta didik dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu perlu ada konfirmasi dari seorang guru untuk meluruskan miskonsepsi tersebut. Selain itu, mahasiswa sebagai calon guru juga perlu diberi pemahaman kembali terkait konsep dalam pembelajaran sains. Tujuan diadakan webinar ini adalah untuk mendiskusikan serta menjawab berbagai permasalahan terkait miskonsepsi dalam pembelajaran sains. Dengan harapan para peserta mendapat gambaran dan pemikiran baru untuk menghadapi miskonsepsi yang dimiliki oleh peserta didik.

Dalam sambutannya, Dr. Sarwanto, S.Pd, M.Si Selaku Kepala Prodi S2 Pendidikan Sains FKIP UNS menyampaikan bahwa melalui kegiatan webinar ini diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep secara baik. “Semoga nantinya ketika (mahasiswa) terjun sebagai guru maupun dosen dapat mengimplementasikannya sebagai usaha untuk mengurangi miskonsepsi, terlebih dalam pembelajaran sains membutuhkan pemahaman konsep yang baik, karena terdapat materi yang abstrak dan dapat berpotensi menimbulkan miskonsepsi,” ujar Dr. Sarwoto.

Dr. Jeffry Handhika, dalam paparannya menyampaikan bahwa saat di kelas, kita tidak boleh menganggap siswa seperti kertas putih. “Siswa memiliki berbagai pengetahuan berupa konsep dan konsepsi yang berbeda- beda karena mendapat sumber yang berbeda. Adapun sumber yang mendorong adanya konsepsi adalah intuisi, guru, bahasa keseharian, sumber belajar dan web/blog tanpa sumber terpercaya,” terang Dr. Jeffry.

Lebih lanjut, Dr. Jeffry juga memberikan beberapa cara untuk mengurangi miskonsepsi pada siswa, khususnya di tengah perkembangan teknologi informasi saat ini.

“Cara yang dapat diterapkan untuk mengurangi atau menanggulangi miskonsepsi pada siswa adalah dengan, (terus) men-update sumber belajar, menguatkan pemahaman konsep keilmuan guru atau dosen sehingga mereka tidak memiliki miskonsepsi, menguasai teknologi untuk memverifikasi informasi dan mengembangkan kemampuan tingkat tinggi serta keterampilan abad-21. Peserta didik saat ini harus dibekali keterampilan abad-21 dan critical thinking untuk memahami kebenaran informasi yang tersedia di berbagai sumber yang belum teruji kredibilitasnya,” tambah Dr. Jeffry Handhika. Humas UNS

Reporter: Adisti Daniella Maheswari
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content