Search
Close this search box.

Rancang Aplikasi Masjiduna dan Acacia, Mahasiswa UNS Juarai Berbagai Acara Tingkat Internasional

UNS — Sejumlah mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berhasil menjawab tantangan masyarakat yang mengharapkan adanya agen perubahan dari pemuda. Mereka adalah Abyan Ajrurrafi Syauqi dari Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi angkatan 2017, Aberrant Pratama Yoga Nur Permana dari Prodi Hubungan Internasional angkatan 2017, Ilman Abdurahman dari Prodi Ilmu Komunikasi angkatan 2019, dan Tieko Januar Cahyadi dari Prodi Hubungan Internasional angkatan 2017. Mereka berhasil menjuarai beberapa kompetisi tingkat internasional dengan mengangkat beberapa konsep aplikasi bernama Masjiduna dan Acacia.

Kepada tim uns.ac.id, Abyan menjelaskan bahwa aplikasi Masjiduna dirancang sebagai aplikasi yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat Muslim, baik di dalam maupun luar negeri dengan mengutamakan pendekatan dua arah antara masjid dan masyarakat sekitar.

“Masjiduna difungsikan sebagai sarana masjid untuk mendekati masyarakat dan sebaliknya, masyarakat lebih mudah untuk mengakses informasi, ilmu, dan fungsi-fungsi esensial masjid untuk secara menyeluruh dari sosial, ekonomi, dan pendidikan. Melalui aplikasi Masjiduna for Jamaah, pengguna dapat melihat masjid pada lingkungannya berada dan dapat dengan mudah menemukan lokasi masjid pada saat mereka bepergian lengkap dengan informasi terkait masjid tersebut sedangkan, melalui Masjiduna for Marbot para pengelola masjid (marbot) dapat mengakses berbagai fitur dan fasilitas dalam mengelola masjid dan melakukan kegiatan yang progresif juga dapat menjadi sarana dalam memaksimalkan pelayanan masjid kepada jamaah,” ungkap Abyan.

Ia menambahkan, Masjiduna juga dirancang untuk umat Muslim di dalam dan luar negeri agar dapat lebih mudah untuk membangun lingkungan yang produktif, berilmu, dan dengan mudahnya membantu sesama melalui fitur-fitur yang tersedia. Dari segi makro, Masjiduna didesain untuk menjadi sarana pembentukan industri halal bagi Indonesia dan negara lain melalui digitalisasi masjid untuk mendukung progresivitas umat muslim di penjuru dunia melalui koordinasi dan interaksi yang lebih baik. Dengan adanya sinergi di antara App for Marbot dan App for Jamaah, mereka mengharapkan adanya dampak positif dari proses ke arah yang lebih baik bagi umat Muslim, serta berdampak baik pada lingkungan sekitar yang heterogen.

Adapun, Acacia merupakan sistem yang dirancang untuk dikembangkan menjadi sistem pengelolaan sampah yang dapat berjalan di masyarakat untuk dapat memenuhi prinsip sustainability socio-economic dan environmental. Dari segi lingkungan, Acacia berfungsi sebagai sistem yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah tak terurus di Indonesia, khususnya sampah rumah tangga melalui mekanisme reuse, reduce, recycle.

Abyan menjelaskan bahwa sistem yang telah mereka buat memiliki pembeda dengan sistem lain yang sudah ada yakni mereka juga berfokus pada aspek sosial.

“Yang membedakan daripada sistem yang sudah ada adalah kami tidak hanya memfokuskan pada aspek lingkungan saja, tapi juga aspek sosial. Kami mencoba membentuk tren baru bagi masyarakat dalam mengelola sampah, khususnya sampah rumah tangga bahwa dengan mengelola sampah, masyarakat dapat melakukan dua kebaikan sekaligus, yakni menjaga lingkungan dan peduli dengan sosial. Konsep yang kami angkat pada sistem Acacia ini adalah bagaimana masyarakat dapat berdonasi sosial dengan hanya mengelola sampah mereka. Tajuk yang kami gaungkan adalah ‘turning wastes into goodness’. Sampah yang masyarakat kelola tadi akan kami konversikan menjadi donasi sosial,” jelas Abyan.

Abyan dan teman-temannya mulai tertarik mengembangkan aplikasi ini karena mereka melihat adanya peluang dan kebermanfaatan yang dapat dimasifkan.

“Yang melatarbelakangi kami tertarik berkecimpung di bidang pengembangan aplikasi adalah dari adanya peluang. Kami melihat bahwa saat ini kebermanfaatan dapat disebarkan kepada jangkauan yang lebih luas dengan memanfaatkan teknologi yang kini semakin mudah didapat melalui genggaman tangan dan yang kami harap tentunya, berangkat dari hal yang kami kembangkan ini, benar-benar dapat menjadi manfaat nyata dan juga menjadi solusi atas permasalahan yang ada,” terangnya.

Pada saat awal mula tercipta kedua ide tersebut, Abyan dan kawan-kawannya langsung merencanakan uji kelayakan dengan mengikuti kompetisi tingkat internasional.

“Awal mula terciptanya ide tersebut, kami langsung merencanakan uji kelayakannya dengan mengikuti kompetisi tingkat internasional karena kami berharap impact yang kami berikan bukan hanya di lingkup nasional saja, tapi juga sampai dengan lingkup internasional. Kompetisi tersebut juga menjadi jembatan bagi kami dalam mengevaluasi dan melengkapi apa-apa yang perlu dibenahi agar ide yang kami ciptakan dapat direalisasikan semaksimal mungkin dan alhamdulillah terdapat beberapa penghargaan yang sudah kami peroleh dalam beberapa kompetisi. Untuk aplikasi Masjiduna mendapatkan penghargaan Gold Medal International Avicenna Youth Science Fair (IAYSF) 2021 di Iran pada Oktober lalu dan Silver Medal International Invention and Innovation Competition (I3C) 2021 di Malaysia pada November lalu. Sementara untuk aplikasi Acacia, kami memperoleh penghargaan berupa Bronze Medal World International Competition and Exhibition (WICE) 2021 di Malaysia pada September lalu dan Bronze Medal International Science and Invention Fair (ISIF) 2021 pada Oktober lalu,” jelas Abyan.

Dalam mengembangkan kedua aplikasi tersebut, tentu Abyan dan teman-temannya sempat mengalami hal sulit. Pada masa sulit ini, mereka harus mampu menerjemahkan solusi atas permasalahan yang ada untuk diwujudkan dalam bentuk fitur aplikasi.

“Yang tersulit adalah ketika kami benar-benar harus dengan matang menerjemahkan solusi atas permasalahan yang ada, untuk kemudian diwujudkan dalam bentuk fitur yang kami hadirkan pada aplikasi tersebut karena pada dasarnya, kami benar-benar berfokus pada pematangan konsep agar nantinya dapat diterapkan dengan baik pada keberlangsungannya di lapangan. Jadi dalam proses pengembangannya, kami berorientasi kepada beberapa faktor pertimbangan seperti impact (dampaknya diciptakan untuk siapa), solve (problem apa, hendak merubah apa), validity (valid atau realistis tidak berdasarkan kondisi yang ada), dan relevance (relevan atau tidak ketika kami menghadirkan aplikasi ini kepada masyarakat, apakah benar-benar dapat menciptakan manfaat atau minim manfaat),” ungkapnya.

Mereka sudah merancang untuk memprioritaskan aplikasi yang sudah didiskusikan bersama tim, seperti bagaimana prospek ke depannya, bagaimana perhitungannya, dan saat ini sudah sampai ke tahap mencari investor. Mereka juga memperhitungkan keuntungan bagi para investor dan pemangku kepentingan dengan konsep aplikasi yang dikenalkan. Sampai saat ini mereka masih terus mengembangkan dan memperbarui konsep yang sudah dikonsepkan sebelumnya dengan melakukan beberapa riset akan kebutuhan pengguna.

Abyan mengaku bahwa dalam waktu dekat, mereka akan merealisasikan konsep ini menjadi usaha rintisan.

“Insyaallah dalam waktu dekat ini, kami akan merealisasikan konsep ini menjadi start up baru yang bertujuan memberikan dampak besar juga manfaat yang luas bagi yang menggunakannya dan kami juga ingin mengajak stakeholder yang ada untuk ikut berpartisipasi dalam merealisasikan proyek kebermanfaatan ini,” jelas Abyan.

Abyan menutup wawancara dengan berbagi hal yang menginspirasinya untuk terus berbuat baik.

“Sebuah kalimat yang sampai saat ini saya pegang adalah ‘Jangan biarkan masa muda kita berlalu tanpa karya yang mempesona. Tetapkan segala orientasi kita pada menghasilkan dampak, dont try to impress people but try to impact, because impression will be lost and impact will survive’. Kami juga berusaha membangun legacy yang benar-benar dapat kami wariskan kepada dunia dan bermanfaat bagi orang banyak karena kami percaya bahwa kebaikan yang kami upayakan akan dibalas dengan kebaikan-kebaikan lainnya,” pungkas Abyan. Humas UNS

Reporter: Zalfaa Azalia Pursita
Editor: Dwi Hastuti

Scroll to Top
Skip to content