UNS – Dalam rangka Dies Natalis ke-41, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bekerjasama dengan Himpunan Masyarakat Peduli Indonesia (HMPI) menyelenggarakan pergelaran wayang kulit semalam suntuk. Acara pergelaran wayang tersebut akan dilaksanakan pada Sabtu (18/03/2017) dimulai pukul 19.30 WIB di halaman gedung Dr. Prakosa.
Pergelaran wayang kulit Purwa Lakon “Mbangun Sapta Arga” ini dimainkan oleh 11 dalang dengan kelir sepanjang 62,5 meter dan didukung oleh pesinden/swarawati. Gelaran ini akan tercatat dalam Pemecahan Rekor MURI dengan deskripsi “Wayang kulit dengan dalang 11 dan 111 pesinden/saraswati”. Sebelas Dalang tersebut antara lain Ki KPAA H.Begug Poernomo, Ki Widodo Wilis, Ki Eko Sunarsono, Ki Jlitheng Lukito, Ki Pujono Gumelar, Ki Jedor Sularno, Nyi Wulan Panjang Mas, Ki Sigit Wursito, Ki Wahyu Thoyyib Pambayun, Ki Maryono Brahim, dan Ki Narto Guno Wiyono.
Pergelaran yang mengangkat judul Mbangun Sapta ini akan bercerita tentang getaran bumi yang memporak-porandakan tanah kepulauan Indonesia dari ujung barat hingga ujung timur. Seolah telah muntab, bencana mengerikan ini membuat pemimpin bangsa dan rakyat hanya bisa pasrah. Sebagian besar masyarakat mengartikan peringatan alam tersebut sebagai bagian dari ujian Tuhan pada bangsa ini yang telah kehilangan “pusaka”nya.
Sapta Arga, konon dalam pelaksanaannya selalu mengalami kegagalan sehingga Pandawa disibukkan oleh pembangunan yang selalu jatuh bangun. Para linuwih berkesimpulan bahwa sang Raja atau Kerajaan Negeri ini telah kehilangan suatu pusaka andalan yang seharusnya dipegang dan dijadikan pedoman yaitu pusaka Jamus Kalimasada.
Pusaka ini lenyap dan hilang dari tangan sang raja karena dicuri oleh Ratu Jin bernama Bomanarakasura. Pusaka Kalimasada merupakan simbolik sakral yang diidentikkan dengan Wahyu Keprabon. Untuk itu, Semar, Abiyasa, dan para Pandawa bersatu untuk bangkit mengambil kembali pusaka kalimasada sebagai pedoman berbangsa dan bernegara. humas-red.uns/Isn/Dty.
